Tempat Rekreasi / Wisata Waduk Pacal di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur

Bojonegoroselatan.com – Waduk Pacal yang berada di 35 Km selatan wilayah Bojonegoro ini, merupakan bangunan peninggalan Belanda yang di bangun sejak 1924 dan diresmikan pada tahun 1933 dan termasuk salah satu bangunan bersejarah berukuran raksasa yang masih berfungsi hingga kini.

Berada di pingir jalan raya Bojonegoro - Nganjuk, Waduk Pacal yang berada di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur ini, mampu menjadi andalan petani di beberapa wilayah Kecamatan diantaranya Kecamatan Temayang, Kecamatan Sukosewu, Kecamatan Kapas, Kecamatan Balen, Kecamatan Sumberejo, Kecamatan Kanor, Kecamatan Baureno, Kecamatan Kepohbaru, Kecamatan Kedungadem, dan Kecamatan Sugihwaras. Bangunan yang kokoh dengan arsitektur khas zaman kolonial Belanda menjadi daya tarik utama Waduk Pacal.

Tak hanya itu, perjalanan menuju lokasi waduk pacal juga merupakan daya tarik tersendiri. Jalanan membelah hutan jati dan tebing-tebing yang digunakan sebagai ladang masayarakat sekitarpun tak kalah mempesona.Jalan utama menuju Waduk Pacal terbilang mulus, karena merupakan jalan provinsi yang menuju Kabupaten Nganjuk. Dari Kabupaten Nganjuk kira-kira 30 km ke arah utara.

Di sepanjang perjalanan kita bisa menikmati keindahan khas hutan jati dia areal Pegunungan Kendeng.Saat musim hujan debit air yang melimpah laksana danau yang amat luasnya, apalalagi di selatan waduk ada semacam 'pulau' kecil yang sunggguh menantang untuk disinggahi sejenak bagi para petualang. 

Begitu melimpahnya air bahkan sampai menembus bawah Jembatan Kedungjati yang juga tak kalah eloknya. Dari Jembatan Kedungjati ini kita bisa menikmati keindahan Waduk Pacal.

Apalagi saat matahari terbenam, sungguh luar biasa. Saat musim kemarau, sekitar waduk berubah fungsi menjadi ladang dan perkebunan bagi masayarakat setempat.Tanah merekah di sekitar menara waduk, seolah membawa ke dunia yang berbeda.


Namun saat musim penghujan, air dalam jumlah besar membuat Waduk Pacal bagaikan danau yang sangat indah, dengan perbukitan dan pohon-pohon raksasa di sekitarnya. Saat itulah, hampir setiap pagi ratusan pemancing dari dalam dan luar kota memenuhi Waduk Pacal, bila airnya tak terlalu penuh, mereka bisa memanfaatkan belasan pulau-pulau kecil sebagai tempat memancing.

Tentunya dengan memanfaatkan perahu milik warga, tak terlalu mahal untuk sekali jalan pulang pergi menuju pulau kecil, tarifnya hanya berkisar Rp 20.000. Bila ingin berwisata kuliner secara alami, di sekitar Waduk Pacal juga tersedia warung-warung yang bersedia membakarkan ikan hasil pancingan, tentunya ikan air tawar.

Waduk Pacal, dijelaskan bahwa saat ini Waduk Pacal sudah dinilai sangat kritis keadaaanya. Bahkan secara gamblang, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Jawa Timur, sempat mengatakan bahwa keberadaan Waduk Gongseng adalah untuk menggantikan Waduk Pacal. Waduk Pacal disebutkan mengalami pendangkalan dengan Sedimentasi 200 ribu meter kubik (m3) setiap tahunnya.


Dengan upaya pengerukan yang canggih sekalipun, Supaad menjelaskan, hanya mampu mengangkat 50ribu m3 per tahunnya, artinya hanya 25% dari total Sedimentasi nya, sudah seharusnya Waduk Pacal yang telah beroperasi sejak 1933 itu tak dioperasikan lagi. Akibat pendangkalan, Waduk Pacal hanya mampu menampung air 21 juta meter kubik dan mengairi 13 ribu hektare areal persawahan.

Padahal ketika awal dibangun, waduk ini mampu menampung 41 juta meter kubik air untuk mengairi 16.600 hektare lahan. (Referensi artikel : http://id.wikipedia.org)

0 komentar:

Posting Komentar