Setelah 20 Tahun Berpisah, Alumni SMPN 1 Gondang Tahun Pelajaran 1997/1998 Akan Adakan Reuni Perdana Tahun 2018

Tak terasa, waktu sudah berlalu selama 20 tahun sejak lulus / tamat bersama di tahun pelajaran 1997/1998, pada tahun 2018 ini para alumni SMPN 1 Gondang yang pada saat itu masih bernama SMPN 2 Bubulan ini akan ada rencana reuni untuk yang pertama kalinya bagi seluruh alumni yang lulus pada tahun 1008 tersebut. 

Jadwal reuni perdana tersebut direncanakan digelar pada hari Minggu, 17 Juni 2018. Bagi Rekan-rekan yang akan bergabung, silahkan hubungi panitia ya...? Oleh karena itu bagi Rekan-rekan yang merasa lulusan dari SMPN 1 Gondang / SMPN 2 Bubulan di tahun pelajaran 1997/1998 silahkan daftarkan diri Anda dengan menghubungi jajaran panitia atau teman kita yang saat ini berada di wilayah kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur, dan untuk lebih jelasnya nanti silahkan Rekan-rekan bergabung juga pada grup WA “Alumni SMP  1 Gondang 1998”.


Sehubungan dengan rencana ini, nanti juga akan disebarkan undangan tertulis yang dikirimkan kepada Rekan-rekan. Mudah-mudahan sampai ke tangan Anda. Dan pada akhirnya, semoga kegiatan tersebut berjalan dengan lancar, berkesan, dan pastinya bermanfaat bagi seluruh peserta... aamiin..

Links pendaftaran Alumni secara online di sini Formulir Online Pendaftaran Alumni SMPN 1 Gondang Kabupaten Bojonegoro

Arti dan Makna Logo / Lambang Daerah Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur

Bojonegoroselatan - Kabupaten Bojonegoro adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Bojonegoro. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Tuban di utara, Kabupaten Lamongan di timur, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Ngawi di selatan, serta Kabupaten Blora (Jawa Tengah) di barat. Bagian barat Bojonegoro (perbatasan dengan Jawa Tengah) merupakan bagian dari Blok Cepu, salah satu sumber deposit minyak bumi terbesar di Indonesia.

Berikut arti dan makna logo Kabupaten Bojonegoro selengkapnya sebagai berikut:

A. Lukisan Lambang Daerah Kabupaten Bojonegoro

1.   Sebuah bintang bersegi lima
2.   Sebuah tugu kepahlawanan yang berdiri tegak diatas sebuah denah bertingkat lima
3.   Kesatuan gelombang air yang terjadi dari lima arus dengan masing-masing terdiri dari empat riak
4.   Tangkai padi yang memiliki empat puluh lima butir dan tangkai kapas yang memiliki tujuh belas rangkai bunga yang tengah merekah
5.   Sehelai pita pelangi

B. Susunan Lambang Daerah Kabupaten Bojonegoro

1.   Di bagian atas terdapat bintang bersegi lima yang bersinar di atas tugu kepahlawanan yang berdenah lima tingkat
2.   Di bawah tugu kepahlawanan terlukis gelombang air terdiri dari lima arus dengan masing-masing 4 riak
3.   Keseluruhannya dirangkum oleh untaian tangkai padi dan bunga kapas bertemu pada kedua pangkal tangkai
4.   Di bawah lukisan tersebut terdapat sebuah kata pengenal lokasi BOJONEGORO
5.   Seluruh lukisan lambang bertatahkan kata-kata hikmah: JER KARTA RAHARJA MAWA KARYA

C. Bentuk, Warna, Isi dan Arti Lambang Daerah Kabupaten Bojonegoro

1.   Bentuk perisai dengan warna dasar Merah dan Putih berbingkai warna hitam pekat, melambangkan kesiap-siagaan, kewaspadaan dan dengan penuh keberanian serta segala kesucian hati, untuk menangkis menanggulangi dan mengatasi segala pengaruh yang datang dari luar, yang dapat merugikan perjuangan bangsa dan negara
2.   Segi 8 dari perisai mengandung makna “bulan delapan” sebagai bulan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
3.   Bintang bersegi 5 dengan warna kuning emas yang bersinar di atas tugu kepahlawanan menggambarkan pancaran keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME, telah menjiwai semangat perjuangan yang tak pernah padam dalam mencapai, mempertahankan serta mengisi Kemerdekaan
4.   Denah Tugu Kepahlawanan bertingkat 5 melambangkan tegaknya cita-cita dan semangat Proklamasi Kemerdekaan diatas landasan falsafah hidup Pancasila yang tidak kunjung padam
5.   Gelombang air dengan warna biru kelam diatas hamparan air berwarna biru muda melambangkan sumber potensi alam dan makhluk Tuhan yang tersebar diseluruh penjuru daerah serta tekad dan usaha yang dinamis untuk membebaskan diri dari masalah air
6.   Tangkai padi dengan 45 butir berwarna kuning keemasan, dalam satu ikatan dengan tangkai kapas yang berbunga 17 kuntum yang tengah merekah berwarna putih perak melambangkan ketinggian cita-cita dan besarnya tekad berjuang kearah terciptanya kebutuhan pangan sandang masyarakat dengan berlandaskan jiwa Proklamasi Kemerdekaan mencapai kebahagiaan dan Kesejahteraan rakyat
7.   45 butir dengan 17 kuntum bunga kapas mengambil makna tahun dan tanggal Proklamasi Kemerdekaan R.I
8.   Lukisan kata BOJONEGORO dengan warna huruf hitam pekat mengandung makna bahwa Bojonegoro adalah daerah yang gagah perkasa dan teguh hati dalam menghadapi setiap tantangan
9.   Pita pelangi dengan warna coklat kayu yang berlukiskan kata: JER KARYA RAHARJA MAWA KARYA merupakan tema hidup masyarakat adil dan makmur dengan Ridlo Tuhan Yang Maha Esa dengan kekayaan alam yang ada di daerah
10. JER KARTA RAHARJA MAWA KARYA mengandung makna kiasan bahwa suatu usaha untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat tak pernah kunjung tiba tanpa dibarengi dengan bekerja keras dan bekerja nyata atas dasar pengabdian yang tulus dan ikhlas.

Demikian arti dan makna dari logo / lambang daerah kabupaten Bojonegoro provinsi Jawa Timur. Semoga bermanfaat dan terimakasih.

Referensi artikel : wikipedia & jonegoroan.com

Daftar Nama Bupati Bojonegoro Dari Jaman Dulu Sebelum Kemerdekaan sampai Dengan Sekarang

Bojonegoroselatan - Masa kehidupan sejarah Indonesia Kuno ditandai oleh pengaruh kuat kebudayaan Hindu yang datang dari India sejak Abad I. Hingga abad ke-16, Bojonegoro termasuk wilayah kekuasaan Majapahit. 

Seiring dengan berdirinya Kesultanan Demak pada abad ke-16, Bojonegoro menjadi wilayah Kerajaan Demak. Dengan berkembangnya budaya baru yaitu Islam, pengaruh budaya Hindu terdesak dan terjadilah pergeseran nilai dan tata masyarakat dari nilai lama Hindu ke nilai baru Islam dengan disertai perang dalam upaya merebut kekuasaan Majapahit (wilwatikta). 

Peralihan kekuasaan yang disertai pergolakan membawa Bojonegoro masuk dalam wilayah Kerajaan Pajang (1586), dan kemudian Mataram (1587).

Pada tanggal 20 Oktober 1677, status Jipang yang sebelumnya adalah kadipaten diubah menjadi kabupaten dengan Wedana Bupati Mancanegara Wetan, Mas Tumapel yang juga merangkap sebagai Bupati I yang berkedudukan di Jipang. 

Tanggal ini hingga sekarang diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Bojonegoro. Tahun 1725, ketika Pakubuwono II (Kasunanan Surakarta) naik tahta, pusat pemerintahan Kabupaten Jipang dipindahkan dari Jipang ke Rajekwesi, sekitar 10 km sebelah selatan kota Bojonegoro sekarang.

Berikut daftar nama-nama Bupati Bojonegoro dari masa sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan, selengkapnya sebagai berikut:

DAFTAR NAMA BUPATI BOJONEGORO
Tahun
Nama bupati
1677-1705
Pangeran Mas Toemapel
1705-1718
Ki Wirosentiko (R. Tumenggung Surowidjojo)
1718-1741
Ki Songko (R. Tumenggung Hario Matahun I)
1741-1743
R. Tumenggung Hario Matahun II
1743-1755
R. Tumenggung Hario Matahun III
1755-1756
R. Ronggo Prawirodirjo I
1756-1760
R. Purwodidjojo
1760-1800
R. M. Guntur Wirotedjo
1800-1811
R. Ronggo Djenggot
1811-1816
R. Prawirosentiko
1816-1821
R. Tumenggung Sumonegoro
1821-1823
R. Tumenggung Sosrodiningrat
1823-1825
R. Tumenggung Purwonegoro
1825-1827
R. Adipati Djojonegoro
1827-1828
R. Tumenggung Sosrodilogo
1828-1844
R. Adipati Djojonegoro
1844-1878
R. Adipati Tirtonoto I
1878-1888
R. M. Tumenggung Tirtonoto II
1888-1890
R. M. Sosrokusumo
1890-1916
R. Adipati Aryo Reksokusumo
1916-1936
R. Adipati Aryo Kusumoadinegoro
1936-1937
R. Dradjat
1937-1943
R. Tumenggung Achmad Surjodiningrat
1943-1945
R. Tumenggung Oetomo
1945-1947
R. Tumenggung Sudiman Hadiatmodjo
1947-1949
Mas Surowijono
1949-1950
R. Tumenggung Sukardi
1950-1951
R. Sundaru
1951-1955
Mas Kusno Suroatmodjo
1955-1959
R. Baruno Djojoadikusumo
1959-1960
R. Soejitno
1960-1968
R. Tamsi Tedjo Sasmito
1968-1973
Letkol Inf (Purn.) Sandang
1973-1978
Kolonel Inf (Purn.) Alim Sudarsono
1978-1983
Drs. Soeyono
1983-1988
Drs. Soedjito
1988-1993
Drs. H. Imam Soepardi
1993-1998
Drs. H. Imam Soepardi
1998-2003
Drs. H. Atlan
2003-2008
Kolonel Inf (Purn.) H.M. Santoso
2008-2013
Drs. H. Suyoto, M.Si.
2013-2018
Drs. H. Suyoto, M.Si.
Demikian sejarah singkat dan daftar nama Bupati Bojonegoro dari pertama sampai dengan saat ini. Semoga bemanfaat dan terimakasih.

Sumber: Wikipedia

Wisata Alam Banyu Wedang di Desa Jari Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur

Tempat yang satu ini, kalau tidak mandi di sana rasanya rugi, karena di Banyu Wedang ini ada air hangat yang bisa menyegarkan tubuh serta baik untuk membantu dalam upaya penyembuhan khususnya pada beberapa penyakit kulit.

Arti dari Banyu Wedang sendiri dalam Bahasa Indonesia adalah air panas. Untuk menjangkau tempat ini pun tidak terlalu sulit, hanya saja perlu jalan kaki sekitar 500 meter dari ujung jalan yang dapat ditempuh dari Desa Jari.

Bagi teman-teman yang ingin berkunjung ke Banyu Wedang ini, enaknya pada pagi hari atau sore hari, pada saat hujan pun sambil mandi malah sangat segar karena airnya hangat terus tentunya.
Photo Banyu Wedang. Sumber : https://abeedeen.files.wordpress.com
Mudah-mudahan kalau sudah ada rejeki dan kesempatan untuk pulang ke sana, saya bisa berkunjung ke Banyu Wedang ini untuk kembali merasakan sensasi mandi air hangatnya. Amin.

Wisata Alam Watu Gandul di Desa Sambongrejo Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur

Bojonegoroselatan.com - Kabupaten Bojonegoro ternyata memiliki banyak potensi wisata alam yang menakjubkan. Selain bukit cinta di puncak Gunung Pandan wilayah kecamatan Sekar, ditemukan lagi tempat yang keindahan alamnya begitu mempesona. Tempat itu dikenal dengan nama Watu Gandul di desa Sambongrejo kecamatan Gondang.

Lokasinya masih perawan, diantara ladang tengah hutan dan akses jalannya menantang bagi offroader. Untuk sampai ke lokasi membutuhkan keberanian dan tekad sebab jalan untuk sampai ke lokasi hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki dan trail. Watu Gandul memiliki cerita tersendiri.

Berada diantara deretan batu-batu besar yang berserak akibat letusan gunung berapi pada masa lampau yang diperkirakan dari letusan Gunung Pandan. 

Batu-batu andesit yang ukurannya super jumbo itu tertata secara alami, tapi jika menyaksikan langsung akan tidak percaya bahwa itu karena proses alami sebab tumpukan batu besar yang begitu ganjil bak dibangun oleh arsitektur handal masa lampau, maka warga sekitar menyebutnya sebagai Watu Gandul, batu menggantung.

Tapi ada juga sebagian warga yang mempercayai bahwa batu-batu besar itu memang ditata pada jaman batu oleh nenek moyang masa lampau sebab tak mungkin bentuknya yang begitu artistik, membentuk penompang batu besar yang di sela-selanya ada tiga buah batu besar menggantung secara berundak dengan jarak dua meteran. Batu yang paling atas lebih besar dibandingkan batu Semar di alun-alun Bojonegoro, lalu dibawahnya lebih kecil dan paling bawah besarnya diantara batu di tengah dan batu paling atas.

Sementara di sisi lain bersandar batu besar lainnya di salah satu penompang yang juga berupa batu besar. Sementara batu paling bawah bawah cocok untuk selfie gaya-gayaan seakan dua tangan mengangkat batu besar. “Rangkaian” Watu Gandul itu diperkuat oleh tumbuhnya pohon besar diantara sela-sela batu, sepertinya pohon yang tumbuh itu mengaitkan antara satu batu dengan lainnya untuk semakin mengokohkan “bangunan” Watu Gandul.

Pohon yang akarnya menjuntai tersebut bisa digunakan untuk tangga agar sampai ke puncak Watu Gandul, bagi yang tak bisa memanjat sebaiknya jangan mencoba karena cukup berbahaya. Ketinggian Watu Gandul kurang lebih 45 sampai 50-an meter dari dasar tanah, jika ditambah ketinggian pohon akan lebih tinggi menjulang lagi.

Posisi Pohon lebih tinggi dari Watu Gandul dan bisa dilihat dari desa terdekat kurang lebih 6 KM atau bisa jadi lebih jauh lagi karena seperti menempel di salah satu sisi sebuah bukit. Didik Wahyudi, warga Bojonegoro (kota) pertama yang mengunjungi lokasi Watu Gandul. "Ini luar biasa. Belum pernah saya melihat tempat seindah dan alami seperti ini," ungkapnya.

Dia menceritakan betapa Watu Gandul menjadi salah satu obyek wisata yang layak dikembangkan. "Watu Gandul berada di tengah hutan dengan suara tetesan air yang menggema hingga terdengar seperti kicauan burung," kata Didik Wahyudi. Dia bersama Kepala Desa Sambongrejo Eko Prasetiyono memiliki mimpi suatu saat Watu Gandul akan menjadi tempat jujugan para wisatawan dari berbagai daerah sebab keunikannya yang berbeda dari tempat lain.

“Kami sudah bersusah payah menghadang eksploitasi batu-batu andesit dari kehancuran, kami akan menjaga alam tetap seperti ini untuk anak cucu kami nanti,” ujar Eko Prasetiyono. (Git/Kominfo)

Tempat Rekreasi / Wisata Waduk Pacal di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur

Bojonegoroselatan.com – Waduk Pacal yang berada di 35 Km selatan wilayah Bojonegoro ini, merupakan bangunan peninggalan Belanda yang di bangun sejak 1924 dan diresmikan pada tahun 1933 dan termasuk salah satu bangunan bersejarah berukuran raksasa yang masih berfungsi hingga kini.

Berada di pingir jalan raya Bojonegoro - Nganjuk, Waduk Pacal yang berada di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur ini, mampu menjadi andalan petani di beberapa wilayah Kecamatan diantaranya Kecamatan Temayang, Kecamatan Sukosewu, Kecamatan Kapas, Kecamatan Balen, Kecamatan Sumberejo, Kecamatan Kanor, Kecamatan Baureno, Kecamatan Kepohbaru, Kecamatan Kedungadem, dan Kecamatan Sugihwaras. Bangunan yang kokoh dengan arsitektur khas zaman kolonial Belanda menjadi daya tarik utama Waduk Pacal.

Tak hanya itu, perjalanan menuju lokasi waduk pacal juga merupakan daya tarik tersendiri. Jalanan membelah hutan jati dan tebing-tebing yang digunakan sebagai ladang masayarakat sekitarpun tak kalah mempesona.Jalan utama menuju Waduk Pacal terbilang mulus, karena merupakan jalan provinsi yang menuju Kabupaten Nganjuk. Dari Kabupaten Nganjuk kira-kira 30 km ke arah utara.

Di sepanjang perjalanan kita bisa menikmati keindahan khas hutan jati dia areal Pegunungan Kendeng.Saat musim hujan debit air yang melimpah laksana danau yang amat luasnya, apalalagi di selatan waduk ada semacam 'pulau' kecil yang sunggguh menantang untuk disinggahi sejenak bagi para petualang. 

Begitu melimpahnya air bahkan sampai menembus bawah Jembatan Kedungjati yang juga tak kalah eloknya. Dari Jembatan Kedungjati ini kita bisa menikmati keindahan Waduk Pacal.

Apalagi saat matahari terbenam, sungguh luar biasa. Saat musim kemarau, sekitar waduk berubah fungsi menjadi ladang dan perkebunan bagi masayarakat setempat.Tanah merekah di sekitar menara waduk, seolah membawa ke dunia yang berbeda.


Namun saat musim penghujan, air dalam jumlah besar membuat Waduk Pacal bagaikan danau yang sangat indah, dengan perbukitan dan pohon-pohon raksasa di sekitarnya. Saat itulah, hampir setiap pagi ratusan pemancing dari dalam dan luar kota memenuhi Waduk Pacal, bila airnya tak terlalu penuh, mereka bisa memanfaatkan belasan pulau-pulau kecil sebagai tempat memancing.

Tentunya dengan memanfaatkan perahu milik warga, tak terlalu mahal untuk sekali jalan pulang pergi menuju pulau kecil, tarifnya hanya berkisar Rp 20.000. Bila ingin berwisata kuliner secara alami, di sekitar Waduk Pacal juga tersedia warung-warung yang bersedia membakarkan ikan hasil pancingan, tentunya ikan air tawar.

Waduk Pacal, dijelaskan bahwa saat ini Waduk Pacal sudah dinilai sangat kritis keadaaanya. Bahkan secara gamblang, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Jawa Timur, sempat mengatakan bahwa keberadaan Waduk Gongseng adalah untuk menggantikan Waduk Pacal. Waduk Pacal disebutkan mengalami pendangkalan dengan Sedimentasi 200 ribu meter kubik (m3) setiap tahunnya.


Dengan upaya pengerukan yang canggih sekalipun, Supaad menjelaskan, hanya mampu mengangkat 50ribu m3 per tahunnya, artinya hanya 25% dari total Sedimentasi nya, sudah seharusnya Waduk Pacal yang telah beroperasi sejak 1933 itu tak dioperasikan lagi. Akibat pendangkalan, Waduk Pacal hanya mampu menampung air 21 juta meter kubik dan mengairi 13 ribu hektare areal persawahan.

Padahal ketika awal dibangun, waduk ini mampu menampung 41 juta meter kubik air untuk mengairi 16.600 hektare lahan. (Referensi artikel : http://id.wikipedia.org)

Tempat Rekreasi / Wisata Indah Kayangan Api di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur

Bojonegoroselatan.com – Kayangan Api adalah berupa sumber api abadi yang tak kunjung padam yang terletak pada kawasan hutan lindung di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Kompleks Kayangan Api merupakan fenomena geologi alam berupa keluarnya gas alam dari dalam tanah yang tersulut api sehingga menciptakan api yang tidak pernah padam walaupun turun hujan sekalipun.

Menurut cerita, Kayangan Api adalah tempat bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Pandhe berasal dari Kerajaan Majapahit. Di sebelah barat sumber api terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang dan menurut kepercayaan saat itu Mbah Kriyo Kusumo masih beraktivitas sebagai pembuat alat-alat pertanian dan pusaka seperti keris, tombak, cundrik dan lain-lain.


Sumber Api, oleh masyarakat sekitarnya masih ada yang menganggap keramat dan menurut cerita, api tersebut hanya boleh diambil jika ada upacara penting seperti yang telah dilakukan pada masa lalu, seperti upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengkubuwana X dan untuk mengambil api melalui suatu prasyarat yakni selamatan/wilujengan dan tayuban dengan menggunakan fending eling-eling, wani-wani dan gunungsari yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo. 

Oleh sebab itu ketika gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono tidak boleh ditemani oleh siapapun.

Untuk menuju Lokasi wisata Kayangan Api dapat di tempuh dari Kota Bojonegoro arah selatan (Kira-kira 15Km), sesampainya di Pasar Kecamatan Dander sudah banyak petunjuk menuju lokasi. Dijadikan sebagai obyek wisata alam dan dijadikan tempat untuk upacara penting yakni Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro, ruwatan masal dan Wisuda Waranggono. Tempat wisata ini telah dibenahi dengan berbagai fasilitas seperti pendopo, tempat jajanan, jalan penghubung ke lokasi dan fasilitas lainnya.


Lokasi kayangan api sangat baik untuk kegiatan sebagai lokasi wisata alam bebas (outbound). Dan pada hari-hari tertentu terutama pada hari Jum'at Pahing banyak orang berdatangan di lokasi tersebut untuk maksud tertentu seperti agar usahanya lancar, dapat jodoh, mendapat kedudukan dan bahkan ada yang ingin mendapat pusaka.

Acara tradisional masyarakat yang dilaksanakan adalah Nyadranan (bersih desa) sebagai perwujudan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa. Pengembangan wisata alam Kayangan Api diarahkan pada peningkatan prasarana dan sarana transportasi, telekomunikasi dan akomodasi yang memadai.

Selain itu diperkirakan awal 2015 akan Ada Wisata Malam di Kahyangan Api, "Wisata malam ini ada setiap hari di wisata Kahyangan Api, sepanjang jalan menuju pintu masuk akan diberi penerangan jalan dan lampion". 

Selain itu, para pengunjung wisata malam di Kayangan Api saat berada di lokasi akan disuguhi dengan beberapa budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Bojonegoro, juga beberapa transportasi seperti kereta lampu, kereta mini, dan becak cinta. (Referensi artikel : http://id.wikipedia.org)